1. Baby Blues
Banyak wanita mengalami “baby blues” pada hari-hari sesudah melahirkan. Jika Ibu mempunyai baby blues, Ibu mungkin mengalami hal-hal menyerupai berikut ini.- Mengalami perubahan suasana hati
- Merasa sedih, cemas, atau kewalahan
- Memiliki menangis mantra
- Kehilangan nafsu makan Ibu
- Mengalami kesulitan tidur
2. Depresi Pasca Melahirkan
Sementara gejala-gejala depresi sesudah melahirkan (pascapersalinan / postpartum) bertahan lebih usang dan lebih parah. Depresi pascapersalinan sanggup mulai kapan saja dalam tahun pertama sesudah melahirkan. Jika Ibu mempunyai depresi pascamelahirkan, Ibu mungkin mempunyai salah satu dari tanda-tanda depresi yang tercantum di atas. Gejala juga sanggup mencakup:- Pikiran untuk menyakiti bayi
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri
- Tidak mempunyai kepentingan ataupun kasih sayang terhadap bayi
Oleh alasannya ialah itulah depresi postpartum harus segera mendapat penanganan dari dokter.
3. Postpartum Psikosis
Sementara postpartum psikosis (seye-KOH-suhss) jarang terjadi. Postpartum psikosis terjadi pada sekitar 1 hingga 4 dari setiap seribu kelahiran. Postpartum psikosis biasanya dimulai pada 2 ahad pertama sesudah melahirkan. Perempuan yang mempunyai gangguan bipolar atau problem kesehatan mental lain yang disebut gangguan schizoafektif mempunyai risiko lebih tinggi untuk juga mengalami postpartum psikosis. Gejala postpartum psikosis yang mungkin nampak adalah:- Merasa melihat hal-hal yang tidak ada
- Merasa bingung
- Memiliki suasana hati yang cepat berubah
- Mencoba untuk menyakiti diri sendiri atau bayi
Kapan Harus Ke Dokter?
- Bayi Blues Ibu tidak pergi sesudah 2 minggu
- Muncul tanda-tanda depresi lebih banyak dan lebih intens
- Gejala depresi dimulai setiap ketika sesudah melahirkan, bahkan berbulan-bulan kemudian
- Ibu mengalami kesulitan untuk melaksanakan tugas-tugas di daerah kerja atau di rumah
- Ibu tidak sanggup merawat diri sendiri atau bayi
- Ibu mempunyai pikiran yang merugikan diri sendiri atau bayi
Dokter sanggup mengajukan pertanyaan kepada Ibu untuk menguji depresi. Dokter juga sanggup merujuk Ibu ke dokter kesehatan mental profesional yang mengkhususkan diri dalam mengobati depresi.
Beberapa wanita tidak memberitahu siapa pun wacana tanda-tanda mereka. Mereka merasa malu, malu, atau bersalah wacana perasaan tertekan ketika mereka seharusnya bahagia. Mereka khawatir mereka akan dilihat sebagai orang bau tanah tidak layak. Setiap wanita mungkin mengalami depresi selama kehamilan atau sesudah melahirkan. Ini tidak berarti Ibu ialah jelek atau "tidak bersama-sama" ibu. Ibu dan bayi Ibu tidak harus menderita. Percayalah bahwa akan selalu ada pemberian untuk mengatasi problem ibu.
Sampai disini artikel yang membahas mengenai perbedaan antara "baby blues," depresi pasca melahirkan, dan postpartum psikosis. Semoga sanggup menambah pengetahuan ibu, suami dan keluarga dan membantu untuk menemukan cara yang sempurna untuk mengatasinya. Untuk bacaan lebih lanjut, baca juga artikel seperti:
1. Faktor Depresi Selama dan Setelah Kehamilan
2. Cara Mengatasi Depresi dan Pengobatan Depresi
Silahkan menshare artikel ini ke media umum melalui tombol menyebarkan yang tersedia di belahan bawah biar informasi ini juga diketahui oleh banyak orang.